Teks Khutbah Jumat Yang Sangat Menyentuh Hati: Kriteria Memilih Pemimpin dlm Perspektif Islam


 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَلْحَمْدُِللهِ َحمْدَالشَّاكِرِيْنَ، وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ اٰلِهَ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلأٰ خِرِيْنَ. وَاَشْهَدُاَنَّ ُمحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهَ خَاَتمُ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ َمحَمَّدٍ صَلىَّاللهُ عَلَيْهِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ َاجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا ﴿اَمَّا بَعْدُ﴾ اُوْصِيْكُمْ عِبَادَاللهِ وَاِيَّايَ بَتَقْوَىاللهِ فَقَدْ فَازَاْلمُتَّقُوْنَ

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah SWT

Kita sedang berada di tahun 2018, tahun dimana kita bangsa Indonesia akan memilih calon-calon pemimpin yang akan menjadi wakil rakyat baik ditingkat daerah, provinsi maupun wakil kita di tingkat pusat. Memang dalam ajaran Islam, keberadaan seorang pemimpin adalah suatu keharusan. Hal ini tergambar dari firman Allah SWT yang berbunyi :

يۤااَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوْااَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُوْلىِ اْلأَمْرِمِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فىِ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلىَ اللهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْكُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِااللهِ وَالْيَوْمِ اْلاٰخِرِ ذٰالِكَ خَيْرٌوَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلاً

 “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalilah (atau selesaikanlah) berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa : 59).

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hubungan antara Allah, Rasul-Nya dan pemimpin sangat erat. Allah adalah Sang Pencipta yang menetapkan aturan-aturan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjabarkan al-Qur’an dengan sunnahnya. Sementara itu, seorang pemimpin seharusnya melaksanakan apa yang telah digariskan dalam A-Qur’an dan sunnah sehingga ajaran Allah dan rasul-Nya dapat terwujud di muka bumi ini. Karena itu, keberadaan seorang pemimpin sangatlah penting dalam rangka mewujudkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat.
https://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/01/teks-khutbah-jumat-yang-sangat.html

Kaharusan adanya seorang pemimpin juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadits yang artinya: “Jika ada dua orang diantara kamu bepergian ke suatu tempat, maka hendaklah salah seorangnya menjadi pemimpin”.
          
Hadits ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin itu mutlak diperlukan bahkan untuk jumlah komunitas yang paling sedikit sekalipun dan untuk waktu yang paling singkat sekalipun. Artinya pula, jangan sampai ada suatu masa dimana suatu masyarakat tidak memiliki seorang pemimpin.

Dalam sejarah dunia, umat manusia hampir tidak pernah hidup tanpa kehadiran seorang pemimpin. Dalam sejarah Islam, setelah Nabi Muhammad SAW wafat maka masalah pertama yang dibahas para sahabat saat itu adalah siapa pemimpin pengganti nabi. Setelah musyawarah yang diadakan Tsaqifah Bani Sa’idah, maka dipilihlah sahabat senior Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama pengganti nabi SAW dan begitulah seterusnya dengan sahabat-sahabat yang lain.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah SWT

Berkaitan dengan keharusan adanya seorang pemimpin, maka memilih seorang calon pemimpin menjadi suatu keharusan pula. Namun dalam memilih seorang calon pemimpin kita harus merujuk kepada rambu-rambu atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nilai yang Pertama dan paling utama adalah ketaqwaan calon tersebut terhadap Allah dan Rasul-Nya, artinya calon tersebut harus pula memiliki kemampuan untuk mengajak dan menggerakkan orang lain untuk bertaqwa kepada Allah dan Rasul. Allah SWT berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرُاُمَّةٌ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ ...

“Kamu adalah ummat terbaik bagi manusia. Karena kamu mengajak orang lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar dan beriman kepada Allah SWT”.

Kedua, Selain bertaqwa pemimpin juga harus jujur (al-Amin) dan amanah. Pemimpin baru disebut jujur manakala ia mampu memberi rasa aman. Jujur (al-Amin) inilah gelar yang disandang Rasulullah SAW sebelum dirinya diangkat menjadi nabi. Kata amanah (kepercayaan), amin (jujur) dan iiman (keimanan) adalah rangkaian kata yang tidak bisa dipisahkan. Kepercayaan adalah buah kejujuran sedangkan kejujuran adalah bagian terpenting dari keimanan.

Ada perbedaan mendasar antara sikap jujur dengan amanah. Seseorang yang mengaku bahwa dirinya benar mendapat titipan uang mungkin bisa disebut jujur. Tapi ketika ia tidak mampu mengembalikan uang itu tepat pada waktunya, atau ia gunakan untuk keperluan tidak pada tempatnya, tindakannya tidak bisa disebut amanah. Ia jujur tapi tidak amanah.

Bagi seorang pemimpin, kejujuran dan sikap amanah harus seiring dan sejalan. Diantara alasan terpenting diterimanya nabi Musa AS oleh ayah dua wanita yang ditolongnya (yakni nabi Ayyub AS). Selain nabi Musa itu qawiyyun (kuat), ia juga amiin (jujur). Begitupun nabi Yusuf AS, beliau diangkat sebagai bendaharawan raja Mesir kala itu, bukan karena nabi Yusuf  makiin (berkedudukan tinggi) tapi juga amiin (jujur).  Sikap jujur harus dilatih sejak dini karena orang yang biasa jujur yang akan mampu menghalau segala kemunafikan.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah SWT
 
Ketiga, sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin itu adalah Tawadhu’. Imam Syafi’i mendefinisikan  tawadhu’ ini dengan ungkapannya: “Sikap tawadhu’ adalah akhlak orang-orang mulia sedangkan takabbur adalah ciri orang-orang tercela”. Allah SWT berfirman:  

اِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ مَنْ كَانَ ُمخْتاَلاً فَخُوْرًا

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisa’ : 36)

Sikap tawadhu’ sangat erat kaitannya dengan sifat ikhlas. Rangkuman keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhuannya, orang yang mampu bersikap tawadhu’ berarti keikhlasan telah bersarang dihatinya. Bedanya, ketawadhuan banyak berhubungan dengan manusia secara sosial sedangkan ikhlas lebih bersifat langsung kepada Allah SWT.

Tawadhu’ bukan berarti menghinakan diri. Seorang direktur sebuah perusahaan besar yang turut menyapu lantai bersama anak buahnya, belum tentu bisa disebut tawadhu’, bisa jadi ia sedang mencari muka di depan anak buahnya. Tapi ketika Umar bin Khattab menyantap makanan bersama rakyatnya, disanalah tawadhu’ menemukan definisinya. Ketika Umar bin Khattab lari sambil berjalan kaki sedangkan utusan Sa’ad bin Abi Waqqash yang datang dari Qasidiah menunggang kuda, disinilah makna rendah hati yang sebenarnya. Saat Umar bin Khattab datang menuntun hewan tunggangannya secara bergantian dengan pembantunya ke Biatul Maqdis, demikian arti tawadhu’ yang sesungguhnya. Makna tawadhu’ tak cukup dijelaskan dengan kata-kata tetapi harus diwujudkan dengan sikap nyata.

Dan yang terakhir, calon pemimpin haruslah memiliki sikap terbuka dan bertanggungjawab. Terbuka berarti siap untuk menerima kritik maupun saran tentang kepemimpinannya. Inilah yang dilakukan oleh sahabat nabi yang bernama Umar bin Khattab ketika terpilih sebagai kholifah, beliau berpidato di depan sahabat-sahabatnya meminta agar para sahabat meluruskannya kalau ia melakukan kesalahan.


Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah SWT
 
Seorang pemimpin dituntut untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang kondisi orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu ia memerlukan “teropong” yang bisa menjangkau kejauhan yang tak bisa dicapai oleh mata biasa.

Kesalahan terjadi jika pemimpin hanya menggunakan teropong kecil dan tidak mau menggunakan teropong baru yang lebih besar dan bening. Dengan demikian, jangkauan teropongnya lebih luas dan detil. Seluas jangkauan teropong Umar bin Khattab yang bisa melihat keledai yang terpeleset di wilayah Irak, jauh dari Madinah. Sedetil teropong Umar yang bisa melihat seorang ibu menanak batu untuk menghibur anaknya yang kelaparan pada penggalan malam nan gulita. Sebening teropong Umar yang mampu menyadap suara isak tangis seorang wanita yang ditinggal suaminya berjihad dan obrolan gadis kecil yang meminta ibunya agar mencampur susu dengan air. Wahai para pemimpin dan calon pemimpin, ingatlah bahwa Rasulullah SAW  telah memperingatkan lewat sabdanya:  

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban terhadap kepemimpinanmu”.

Demikian Teks Khutbah Jumat Yang Sangat Menyentuh Hati: Kriteria Memilih Pemimpin dlm Perspektif Islam pada jum'at ini, mudah-mudahan kita dianugerahkan oleh Allah SWT seorang pemimpin yang dapat membawa kebaikan dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal’alamin.

باَرَكَ اللهُ ِلى وَلَكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَ يَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.

Khutbah Kedua
                                          
اَلْحَمْدُ ِللهِ وَكَفٰى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىٰ النَّبِيِّ اْلمُصْطَفٰى وَعَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَهْلِ الصِّدْقِ وَاْلوَفىٰ. أَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا. (أَمَّا بَعْدُ) فَيَا عِبَادَاللهِ. إِتَّقُوْاالله َحَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ تَعَالىٰ صَلىَّ عَلىٰ نَبِيِّهِ قَدِيْمًا. فَقَالَ تَعَالىٰ اِنَّ الله َوَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىٰ النَّبِى يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىٰ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىٰ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىٰ اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فىِالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ َاْلأَحْيَاءِمِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَاضِيَ اْلحْاَجَاتِ. رَبَّنَااغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَاالَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فىِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّنَا اٰتِنَا فىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفىِ اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَاللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِلْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ اْلفَخْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ. اَقِمِ الصَّلاَةِ.

Subscribe to receive free email updates: