Contoh Khutbah Jumat Lengkap dari Pembukaan Sampai Penutup: Hikmah Kontroversi Penciptaan


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah

Al-Quran sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni). Mengenai metafisika penciptaan alam, al-Qur’an hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah, tercipta sekedar dengan firman-Nya: “Jadilah!” (2:117; 3:47; 6:73; 16:40; 19:35; 36:82; 40:68). Bertitik tolak dari sinilah, para ilmuwan maupun agamawan mencoba menjelaskan terjadinya proses penciptaan alam semesta.

Walaupun al-Quran hanya sedikit berbicara mengenai kosmogoni, tetapi al-Quran berulang-ulang kali menjelaskan mengenai alam dan fenomena alam yang dihubungkan dengan Allah, manusia, ataupun dengan keduanya. Pernyataan-pernyataan itu umumnya menggambarkan kekuasaan serta kebesaran Allah yang tak terhingga dan menyerukan manusia untuk beriman kepada-Nya, atau menggambarkan belas kasih-Nya yang tak terhingga dan menyerukan manusia agar bersyukur kepada-Nya.

Abu Raihan al-Bairuni, ilmuwan muslim yang hidup abad X dan rajin mengukur berat jenis berbagai benda, adalah orang pertama yang menyatakan, fenomena gravitasi di bumi sama dengan yang ada di langit. Dialah yang mengatakan, model alam Ptolomeus yang geosentris secara fisis tidak masuk akal. Karena langit yang begitu besar dengan bintang yang katanya menempel padanya dinyatakan berputar mengelilingi bumi sebagai pusat. Ia bahkan menyebutkan kemungkinan adanya orbit yang eleptik pada planet dalam komunikasinya dengan Ibn Sina. Ketika enam abad kemudian Jhon Kepler berhasil menemukan hubungan antara waktu edar planet-planet dengan sumbu utama elips masing-masing, maka muncullah pada abad ke-17 karya Isac Newton “Principia” yang berisi teori gravitasi. Sejak itu orang mengetahui apa kendala yang mengekang planet-planet tata surya untuk bergerak mengelilingi matahari.
https://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/01/contoh-khutbah-jumat-lengkap-dari.html

Selanjutnya, konsepsi Astro-Fisika yang menyatakan, langit atau ruang alam ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga. Sebab kalau ia terbatas, bintang-bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik gravitasi, sehingga lama kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Pada abad ke-17, Isac Newton menyatakan, alam ini kekal adanya. Adapun reaksi yang dialaminya, baik kimia maupun fisika, masanya tidak pernah hilang atau hanya akan berubah menjadi energi yang setara. Konsepsi bahwa alam ini kekal (baqa) dan kadîm (terdahulu), nyata tak mengakui adanya Sang Pencipta. Konsepsi ini didukung oleh Laviesac sekitar abad ke -18 dan diperluas oleh Einstein, sehingga menjadi hukum kekekalan massa dan energi. Dalam hal ini, Einstein masih percaya pada kebenaran konsepsi lama.

Tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran pandangan di kalangan para ahli tentang penciptaan alam, yang mengubah secara radikal konsepsi para fisikawan mengenai munculnya alam semesta. Pada tahun itu juga, Huble yang menggunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita, yang menurut analisis terhadap spektrum cahayanya tampak menjauhi planet kita dengan kelakuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita. Kejadian ini merupakan pukulan berat bagi Einstein, karena observasi Huble itu menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis (kekal), melainkan merupakan alam yang dinamis seperti kata Freidman.

Melalui perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak setiap galaksi yang teramati, para fisikawan dan kosmolog menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula terpadu dengan galaksi kita, Bima Sakti, kita-kira 15 miliar tahun yang lalu.

Karena tidak mungkin alam ini berkumpul di suatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya gravitasinya yang sangat kuat, sehingga volumenya mengecil menjadi titik. Maka, disimpulkan, “Dentuman Besar (big-bang)” itu terjadi ketika seluruh materi kosmos terlempar dengan kecepatan yang sangat tinggi, keluaran dan keberadaannya dalam volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari sebuah singularitas dengan keadaan ekstrim.

Apabila kita membandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam ini dengan al-Qur’an, kita dapat memeriksa apa yang dinyatakan dalam ayat 30 surah al-Anbiyâ’;

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit (ruang alam) dan bumi (materi alam) itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.”

Keterpaduan ruang dan materi seperti dinyatakan ayat ini hanya dapat dipahami jika berada di suatu titik; singularitas fisis yang merupakan volume berisi seluruh materi. Pemisahan mereka terjadi dalam satu ledakan dahsyat yang melontarkan materi ke seluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan sangat cepat, sehingga tercipta universum yang berekspansi.

Selanjutnya mengenai ekspansi alam semesta yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100 miliar galaksi, yang setiap galaksi berisi 100 miliar bintang itu, al-Qur’an menerangkannya dalam ayat 47 surat al-Dzariyat:

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

“Dan langit (ruang alam) itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”

Dari ayat di atas nyatalah bahwa yang mampu melemparkan kira-kira 10.000 miliar bintang yang masing-masing massanya sekitar massa matahari, hanyalah sesuatu yang mempunyai kekuatan yang maha dahsyat (Tuhan). Kenyataan ini menggusarkan para fisikawan yang ingkar akan adanya Sang Pencipta.

Beberapa fisikawan mencoba mengelakkan penciptaan alam ini dengan melontarkan teori-teori alam yang berosilasi, yaitu alam semesta berkembang kempis, yang meledak dan berekspansi untuk kemudian mengecil berulang-ulang tanpa awal dan tanpa akhir, namun kosmos yang berkeadaan seperti ini tidak dibenarkan secara termodinamis.

Usaha lain adalah dengan mengemukakan teori alam yang ajeg, yang mengatakan bahwa galaksi boleh terbang ke seberang sana, tetapi ruang yang ditinggalkannya diisi oleh materi lain; namun teori ini tidak berlaku setelah Wilson dan Penzias (1964) dalam observasinya ke segenap penjuru alam menemukan sisa-sisa kilatan dentuman-besar yang terjadi sekitar 15 miliar tahun lalu.

Pandangan Agamawan

Dalam memformulasikan penciptaan alam semesta ini, umat Islam terpecah menjadi dua kelompok; yaitu Teolog Asy’ariyah yang bercorak tradisional dan Teolog Mu’tazilah yang bercorak rasional. Kaum Asy’ariyah berpendapat, alam semesta ini adalah hadis (diciptakan Allah dari tiada secara langsung). Alam semesta, menurut mereka, tidak berasal dari sesuatu, hakikat, jauhar, maupun ‘aradh, tetapi diciptakan dari nihil menjadi ada (cretio ex nihilo) dengan kodrat dan iradat-Nya. Konsep ini selaras dengan prinsip mereka, la qadama illa Allah, tidak ada yang kekal selain Allah. Implikasi dari kadimnya alam, menurut mereka, membawa kepada paham politheisme dan atheisme. Politheisme karena alam semesta juga dianggap Tuhan. Dikatakan atheisme, karena alam semesta tidak diciptakan atau tidak perlu adanya Pencipta.

Sebaliknya, Teolog Mu’tazilah berpendapat bahwa alam semesta ini diciptakan Allah dari sesuatu yang telah ada yang disebut ma‘dûm (sesuatu, zat, dan hakikat). Bahkan ada yang mengatakan, alam ma‘dûm ini telah mempunyai wujud, hanya saja belum mempunyai sûrah (bentuk) seperti alam empiris. Konsep ini selaras dengan pandangan mereka bahwa tiada atau nihil tidak mungkin bisa menjadi sesuatu yang ada; yang terjadi adalah sesuatu yang telah ada berubah menjadi sesuatu yang ada dalam bentuk lain (sûrah).

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ، أَقُولُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِين، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Jumat Kedua

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْوَهَّابِ، اَلْجَبَّارِالتَّوَّابِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ الصَّلاَتَ مِفْتَاحًا لِكُلِّ بَابٍ، فَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَي مَنْ نَظَرَ إِلَي جَمَالِهِ تَعَالَي بِلاَ سِطْرٍ وَلاَ حِجَابٍ وَعَلَي جَمِيْعِ اْلآلِ وَاْلأَصْحَابِ وَكُلُّ وَارِثٍ لَهُمْ إِلَي يَوْمِ الْمَآبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ... أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ الله تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ). أما بعد.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sejalan dengan filsafat emanasi Islam, dinyatakan bahwa alam semesta ini kadîm dari sisi zamannya, karena ia diciptakan Tuhan dari bahan yang sudah ada semenjak zaman azali dan tidak didahului oleh zaman. Sedangkan dari sisi zat, karena ia diciptakan Tuhan, maka alam semesta bersifat baru, sebab menurut filosof, implikasi kadîm tidak akan membawa kepada paham politheisme dan atheisme. Karena ia bukan Tuhan dan kadîmnya alam tidak sama dengan kadîmnya Tuhan, sedangkan keberadaannya diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan adalah Pencipta alam semesta ini.

Oleh karena itu, alam semesta sebagai pertanda adanya Tuhan, maka disebut sebagai ayat (tanda kebesaran Tuhan) yang menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Salah satu pelaharan dan ajaran yang dapat diambl manusia adalah keserasian dan ketertiban perputaran alam. Hal ini mengisyaratkan bahwa tanpa adanya Sang Pencipta itu semua tidak bisa terwujud. Dalam bahasa al-Qur’an, alam disebut muslim, karena seiap sesuatu yang berada di dalamnya (kecuali manusia yang dapat menjadi muslim atau tidak menjadi muslim) menyerah kepada kehendak Allah, sampai pada batas yang telah ditentukan alam ini akan hancur. Allah Swt. berfirman:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Q.S. ‘Âli ‘Imrân, 3: 83).

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’ Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati (tunduk dan pasrah)’.” (Q.S. Fushshilat, 41: 11).

Kedua ayat ini menjelaskan bahwa alam semesta beserta isinya (selain manusia) tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah Swt., maka apakah pantas manusia yang notabene makhluk lemah dan kecil, bersikap menyombongkan diri dan tidak patuh kepada Allah Swt?! Wallahu a’lam bisshawab

ِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ!

Subscribe to receive free email updates: