Khutbah Jumat yang Membuat Orang Menangis: Hakikat Mensyukuri Nikmat


اَلْحَمْدُ ِللهِ الْعَزِيْزِ الْغَفُوْرِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ فِي اْلإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ الْهُدَي وَالنُّوْرِ، اَلَّذِيْ قَالَ: (وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ)، نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَي حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عَنِ الْمَسَاوِيءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أَنَّ الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِدَارِ مَقََرٍّ، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَلَقَ الْخَلاَئِقَ وَأَحْكَامَهَا، وَقَدَّرَ اْلأَعْمَارَ وَحَدَّدَهَا، وَهُوَ بَاقٍ لاَ يَفُوْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَمَرَ بِتَذْكِيْرِ الْمَوْتِ وَالْفَنَاءِ، وَاْلاِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ الْبَعْثِ وَالْجَزَاءِ.

اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kalau kita berbicara sekitar syukur, nampaknya bukan soal yang baru bagi kita, bagi kita yang biasa hadir di majlis-majlis ilmu, itu sering sekali mendengar kajian-kajian seputar syukur, akan tetapi syukur yang akan di kaji pada kesempatan ini adalah hakikat syukur menurut al Quran dan hadits.

Syukur secara umum artinya berterima kasih, kalau syukur kepada Allah artinya berterimakasih kepada Allah swt. Mengapa kita harus syukur kepada Allah (berterimakasih kepada Allah)? Karena kita sebagai hamba Allah sadar betul bahwa hidup di dunia ini semuanya dari Allah swt. Dari mulai keberadaan kita di dunia adalah hakikatnya adalah karena Allah lalu syaraitnya karena kedua orang tua kita. Kalau Allah tidak menghendaki kita berada di dunia ini, niscaya kita tidak akan ada, tapi karena Allah menghendaki kita berada di dunia ini, menciptakan kita, menghidupkan kita sebagai manusia maka kemudian ibu kita mengandung setelah melangsungkan pernikahan dan melaksanakan kewajiban bathiniyah lalu hamil dan jadilah kita. Tapi semata-mata keberadaan kita ini bukan kehendak ibu bapak kita, Allah lah yang punya kehendak. Oleh karena itu, maka patutlah kita berterima kasih kepada Allah dan itupun baru dari satu sisi, dan masih banyak sisi lain yang belum sempat kita ungkap.

Allah memperingatkan kepada kita dengan peringatan yang cukup keras, sebagaimana dikatakan dalam salah satu ayat al Quran: “Dan ingatlah tatkala Allah swt memberitahukan, hai segenap manusia, Aku beritahukan kepada kamu sekalian, jika kamu bersyukur atas nikmat-nikmat Ku niscaya Aku tambah karunia Ku. Tapi jika kamu kufur atas karunia yang Aku berikan, ketahuilah adzab Ku sangat pedih “.
https://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/01/khutbah-jumat-yang-membuat-orang.html

Inilah letak kerasnya peringatan Allah. Kenapa Allah tidak menggunakan kalimat : Kalau kalian tidak bersyukur, Aku tidak kasih lagi “, Kenapa tidak begitu? Tapi justru kalimatnya “Kalau kalian tidak bersyukur kepada Ku, maka tunggulah adzab Ku“. Karena apa? Karena kalau manusia di beri nikmat sering lupa diri. Padahal manusia adalah makhluk yang segala-galanya diberi oleh Allah swt, tetapi makhluk itu tidak tahu terimakasih. Jadi, disini terkandung didikan sopan santun. Di ayat lain ada yang menerangkan isi kandungannya berkaitan dengan syukur yakni surat al Baqarah ayat 28; “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkannya kembali, kemudian kepadanyalah kamu dikembalikan“ ( QS. AL Baqarah : 28 ).

Bagaimana kamu bisa kufur kepada Allah, bisa tidak berterimakasih kepada Allah, padahal tadinya kita tidak ada di dunia ini. Allah sesungguhnya punya kekuasaan penuh terhadap manusia. Kalau Allah menciptakan kita ini sebagai binatang. Kita pasti jadi binatang, sebab semua yang ada di muka bumi ini adalah ciptaannya. Berjuta-juta manusia, berjuta-juta pohon, berjuta-juta hewan, berjuta-juta hewan, berjuta-juta binatang sehingga Allah tantang manusia dalam satu ayatnya; “Jika kamu ingin menghitung-hitung nikmat Ku, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya“.

Sebagai bukti kekuasaan Allah, manusia diciptakan dari zat yang satu yaitu air nutfah. Tetapi memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya sekalipun begitu banyaknya Allah ciptakan manusia. Pernahkah kita berfikir sampai kesitu ? Kadang-kadang hal-hal seperti itu lewat saja dari benak kita, padahal kalau kita hayati maha besar Allah dengan salah satu buktinya dia menciptakan manusia dalam jumlah bukan ratus dan ribu, tapi berjuta-juta manusia, adakah yang sama diantara sekian banyak itu ?, barangkali ada kemiripan diantara mereka yang lahir kembar, tapi banyak sekali perbedaan-perbedaannya. Ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, belum lagi kalau berbicara seputar darah manusia. Secara global darah manusia ada yang golongan darahnya A, golongan darah O, Golongan darah B, tetapi darah itu sendiri berbeda-beda, itu semua Allah ciptakan sebagai tanda kekusaannya yang ditujukan kepada manusia agar manusia bisa menghayati dan memahami bahwa semua yang ada pada diri kita, Ini adalah hakikatnya dari Allah swt. Karena itulah peringatan Allah swt yang terdapat dalam ayat diatas.

Syukur itu bermacam-macam, sekurang kurangnya ada tiga jenis syukur :
  • 1). Syukur Bil lisan (syukur yang diucapkan dengan lisan).
Artinya syukur yang diucapkan dengan lisan. Kita berterimakasih kepada Allah dengan lisan. Di dalam surat Ad Duha ayat 11 diceritakan; “Dan terhadap nikmat Tuhanmu ,maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya dengan bersyukur“ ( QS. Ad Duha : 11 ).

Tidak sedikit orang yang diberikan rizki tapi tetap saja “ngedumel“, ini menunjukan bahwa dia tidak bersyukur kepada Allah swt. Semestinya sebagai seorang Muslim harus menghindari dari sikap dan sifat “ngedumel“ tadi, seharusnya lebih ditekankan bagaimana sikap yang mengapresiasikan kepada orang lain agar orang lain terdorong untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada dirinya sebesar apapun itu. Dengan cara menceritakan kepada orang lain atas apa yang telah Allah rizkikan terhadap dirinya, itupun sudah termasuk ungkapan syukur dan terimakasih kepada Allah, asalkan tidak ada niatan untuk sombong dan pamer apa yang telah di raih, Berkat cerita itu pula mudah-mudahan orang lain termotivasi untuk sama-sama pandai bersyukur.
  • 2). Syukur Bilqolbi (Syukur di dalam hati).
Apa syukur kepada Allah dengan hati? Yaitu dengan cara banyak berdzikir kepada Allah, hati kita banyak mengungkapkan terimakasih kepada Allah. Berterimakasih melalui hati yaitu berterimakasih kepada Allah antara kita pribadi dengan Allah swt. Ya Allah, Alhamdulillah dalam keadaan sulit, saya masih bisa makan. Ya Allah, Alhamdulillah dari sekian banyak orang, saya diberikan sehat sehingga masih bisa datang ke pengajian. Ya Allah, Alhamdulillah saya masih bisa mendirikan shalat sambil berdiri sementara ada orang yang mengerjakan shalat sudah tidak bisa berdiri. Hendaklah apa yang bisa kita lihat dijadikan sebagai pantulan. Ibarat orang yang naik sepeda, Alhamdulillah saya masih bisa naik sepeda sementara orang lain terpaksa jalan kaki karena tidak punya sepeda. Untuk itulah kita harus terus bersyukur karena yang dilihat oleh kita adalah orang-orang yang ada dibawah kita. Sebab agama juga mengajarkan “Hendaklah kalian semua bersyukur kepada Allah, di dalam ilmu hendaklah kalian lihat di atas kamu, sementara di dalam harta hendaklah kalian melihat di bawah kamu“. Kalau ibarat orang kerja, lihatlah orang yang pasang genteng, dia selalu melihat ke bawah. Jangan melihat orang yang gali sumur yang selalu melihat ke atas. Itu pilsafat sederhana tapi boleh juga sebagai nalar kita. Artinya, kalau dalam masalah ilmu, lihatlah yang lebih pintar dari kita, tapi kalau dalam materi, kata Rasulullah saw hendaklah lihat orang yang ada di bawah kita.

Didikan-didikan seperti disebutkan diatas, apabila kita teladani maka hidup kita akan lebih terkontrol, sebab hakikatnya orang yang bersyukur kepada Allah adalah orang yang mampu mengendalikan karunia dari Allah ke jalan yang Allah ridhai pula. Jadi orang yang bersyukur itu berarti dia mampu mengendalikan hidupnya. Sebab, ujian dan cobaan orang yang mendapatkan karunia itu biasanya muncul sifat sombong, takabur. Sombong karena merasa hartanya banyak, sombong karena merasa ilmunya tinggi, sombong karena merasa tidak sakit, itu adalah ujian-ujian bagi yang mendapatkan karunia banyak. Dan menghadapi ujian yang paling berat adalah menghadapi ujian yang diberikan karunia. Kalau menghadapi kesusahan biasanya kita masih bisa tabah, menghadapi sakitpun biasanya masih bisa sabar.

Rasulullah saw mengatakan: “Yang saya takutkan pada umatku adalah dia hidup dalam kecukupan“. Jadi nabi bukan takut melihat umatnya miskin, tapi justru takut melihat umatnya kalau umatnya jadi orang kaya, sebab orang kaya cenderung mudah dipengaruhi sifat-sifat ria, sombong, takabur, lupa kepada Allah swt. Kalau orang bersyukur kepada Allah, itu merupakan pengendalian itu dari Allah. Walaupun dia insinyur, pengusaha, bintang film, semua yang diperoleh itu datangnya dari Allah. Tapi sebaliknya kalau orang itu tidak bersyukur merasa apa yang telah diraihnya adalah hasil usaha dan kerja kerasnya sendiri, tanpa introspeksi diri.

Ada seorang pengusaha yang telah sukses, dia merasa apa yang telah diraihnya semata-mata perjuangan dan kerja kerasnya sendiri sampai dumpamakan kaki jadi kepala dan kepala menjadi kaki. Padahal dari sisi syariat bahwa kesuksesannya adalah amanat dari Allah, tanpa Allah memberikan rizki kepadanya mustahil usahanya bisa sukses. Sekalipun tidur di kolong jembatan, sian dijadikan malam dan malam dijadikan siang, tak kenal hujan tak kenal angin, tetapi kalau Allah belum memberikan rizki tetap saja susah, miskin. Semua harus kita sadari bahwa setiap yang datang kepada kita adalah berkat ridha dari Allah, berkat adanya anugerah dan pemberian dari Allah swt.
  • 3). Syukur Biljawarih (melalui anggota badan kita/amaliyah).
Artinya, karunia yang Allah berikan itu kita jalankan sesuai dengan jalan yang dikehendaki Allah. Diberi rizki digunakan untuk bekal ibadah, misalnya pergi ke tanah suci, membantu orang-orang miskin. Bukan sebaliknya rizkinya dipergunakan untuk hura-hura dan poya-poya, melakukan perbuatan-perbuatan yang berlebihan. Ada orang yang kebetulan rizkinya cukup, mau makan saja harus ke Singapura, makan malam ke hongkong padahal itu sudah termasuk berlebihan. Ada lagi seorang direktur punya mobil sampai 14. Memang isterinya ke mana-mana pakai mobil, anak-anaknya sekolah pakai mobil, dianya sendiri pakai mobil, kalau dihitung-hitung itu baru tiga mobil saja yang di pakai. Berarti dalam hidupnya masih ada rasa pamer apa yang dimiliki.

Jadi, bagaimana kita bisa mengendalikan karunia yang Allah berikan untuk dipergunakan di jalan-jalan yang diridhai oleh Allah. Bagaimana pula membelanjakan rizki tersbut agar tepat guna dan bermanfaat serta bernilai ibadah.

Syukur anggota badan kita atau refleksi badan kita adalah melaksanakan apa yang dikehendaki oleh yang memberi, sebab Allah memberikan segala-galanya kepada kita itu supaya bisa mengambil manfaatnya,mengambil nikmatnya, jangan karunia yang Allah berikan itu di salah gunakan, jangan kita di kasih tangan buat mencuri, jangan kita di kasih kaki pergi ke tempat-tempat yang tidak bagus, jangan kita di kasih harta buat sombong. Jadi, semua itu kita kembalikan kepada kehendak yang memberi kepada kita. Karena itulah, Allah swt memberikan pernyataan kepada kita.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ، أَقُولُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِينَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِين، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتًهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur'an: “Barang siapa orang yang bersyukur atas karunia Allah, maka sesungguhnya dia telah bersyukur untuk dirinya sendiri“. Seperti kita memberi uang kepada peminta-minta, itu pada hakikatnya memberi terhadap diri kita sendiri karena kita akan mendapatkan imbalan pahala yang berlipat ganda atas apa yang kita kasih itu dan di sisi Allah kita termasuk orang yang mulia. Amin ya rabbal alamin. Wallahu a’lam.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَارْضَ عَنْ سَادَاتِنَا أَصْحَابِ رَسُوْلِكَ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَي يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.وَأَقِمِ الصَّلاَةِ

Subscribe to receive free email updates: