Khutbah Jumat Lengkap dengan Khutbah Kedua: Penyebab Kehinaan Umat Islam

Khutbah Jumat Lengkap dengan Khutbah Kedua: Penyebab Kehinaan Umat Islam


Khutbah Pertama
 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Hadirin Sidang Jum’at Yang Semoga Dirahmati Allah SWT

Marilah kita sempurnakan hari kita, sempurnakan perjalanan waktu kita sebagai seorang hamba dengan bersyukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Betapa banyak nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala yang tidak mungkin kita bisa menghitungnya. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bersyukur dengan senantiasa mengucapkan tahmid atas nikmat yang besar ini.

Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. 14 abad silam, seorang lelaki yatim piatu dibesarkan oleh pamannya, dibebani oleh Allah sebuah risalah agung, dan dengan cintanya yang sangat besar, kita yang duduk disini dapat merasakan nikmat hidayah tersebut, dapat merasakan nikmat bimbingan dari Allah Ta’ala atas perjuangan seorang lelaki yang demikian tulus mencintai kita. Bahkan hingga akhir hayatnya, masih terucap dari bibirnya “ummati..ummati..”. Semoga kita yang merasa menjadi umatnya pada hari ini, setidaknya membalas rasa cinta beliau dengan senantiasa bershalawat, dan tentunya lebih jauh daripada itu, tugas kita sebagai pengikut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah menghidupkan dan menyebarkan sunnah-sunnahnya.
https://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/01/khutbah-jumat-lengkap-dengan-khutbah.html

Islam pernah menjadi sebuah kejayaan dan kebesaran peradaban umat, yakni dinasti Abbasyiah yang membawa islam sebagai sebuah agama dan peradaban yang sangat terkenal dan masyur dimasanya. Harun Al Rasyid, beliau adalah khalifah dinasti Abbasiyah, berkuasa pada tahun 786. Beliau mampu membawa kejayaan islam terutama dalam bidang ilmu dan teknologi. Masa itu lahirlah para ilmuan besar seperti ibnu sina (Avicenna). Pada masa dinasti Utsmaniah (abad 14), wilayah kekuasaan islam juga sangat luas hingga wilayah eropa, yaitu spanyol dan prancis.

Kejayaan tersebut saat ini menjadi sebuah kenangan dan cerita sejarah yang membanggakan ditengah kondisi umat islam khususnya di Indonesia yang “terpuruk”dan umumnya di seluruh dunia. Hal ini bukan tanpa sebab, secara umum khotib melihat ada dua penyebab “terpuruk”nya umat islam di negeri ini. Pertama kelemahan internal, umat sudah jauh dari Al-Quran dan Hadits sehingga cinta dunia dan takut kematian, maksudnya umat islam terkena penyakit wahn. Kedua adalah peng-kondisian yang sengaja terus diupayakan oleh orang-orang dan kelompok serta negara-negara yang sangat membenci Islam.
  • Kelemahan Internal, Umat Sudah Jauh dari Al-Quran dan Hadits sehingga cinta dunia dan takut mati (Wahn)
  • Upaya Bangsa, Golongan atau Kelompok untuk Melemahkan Umat Islam.
Hadirin Sedang Jumat Rahimakumullah

Marilah kita renungkan petuah atau tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam agar di dalam membangun umat ini, kita terhindar dari segala marabahaya, kita dapat mengantisipasi bahaya-bahaya yang akan kita temui dalam perjalanan. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat bertanya; “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi menjawab, Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu? Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati”. (Syekh Albany menshahihkan hadits ini – HR. Abu Daud, Kitab al-Malahim, Bab, Fi Tadaa’al Umam ‘Alal Islam)

Hadits di atas memaparkan berita Rasulullah mengenai keadaan umat Islam di akhir zaman. Unsur-unsur kekuatan ummat Islam bukan pada banyaknya jumlah dan kekuatannya, pasukan kavalerinya dan kesombongannya, pasukan infantrinya dan para komandannya, tapi pada aqidahnya dan manhajnya. Karena ummat ini adalah ummat tauhid dan pengusung panji-panji tauhid. Apakah engkau tidak perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, ketika menjawab pertanyaan salah seorang sahabatnya tentang jumlah, “Bahkan kalian ketika itu banyak!”Perang Hunain adalah contoh nyata bagi umat islam disetiap masa.“Dan hari Hunain ketika kalian merasa takjub dengan jumlah kalian yang banyak, tapi itu tidak berguna bagi kalian sedikitpun”. (QS. At Taubah: 26)

Posisi ummat Islam tidak dipertimbangkan sedikitpun diantara ummat-ummat dimuka bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Akan tetapi kalian bagai buih, seperti buih banjir”.

Hadits diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan penyebab semua hal tersebut karena umat islam terkena penyakit wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
  • 1). Fenomena Cinta Dunia Takut Mati
Cinta-dunia Setiap manusia hidup pasti akan mati. Tak ada seorang pun yang mengingkari hal ini. Malaikat maut sang pencabut nyawa, tidak pandang bulu ketika mengambil nyawa manusia dari jasadnya. Si kaya, si miskin, si mukmin maupun si kafir, muda atau tua, semua akan ia datangi, sesuai dengan perintah Allah – subhanahu wa ta’ala -. Semua akan dicabut nyawanya, tak peduli dengan suka atau terpaksa. Jika sudah waktunya, tak ada yang bisa menangguhkan kematian meski hanya sedetik saja.

Mungkin ada yang hampir tak percaya, ketika ada pemain sepakbola tiba-tiba meninggal saat sedang bermain bola di lapangan. Atau ketika seorang penceramah tiba-tiba menghentikan ceramahnya karena maut telah menjemputnya tanpa permisi. Memang begitulah maut. Tak ada yang tahu kapan ia akan menjemput.

Bagi seorang mukmin yang merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat, tentu ia akan berusaha berbekal sebanyak-banyaknya, sehingga ia selalu siap kapan saja sang maut akan menjemput. Ia selalu sadar jika kehidupan di dunia ini hanyalah fana. Semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, begitu nyawa keluar dari badan.

Sebagaimana firman Allah – subhanahu wa ta’ala; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali Imron : 185 )

Namun, sayang seribu sayang, seorang mukmin yang demikian itu, saat ini semakin sulit ditemukan. Karena kebanyakan kaum muslimin saat ini, terlihat lebih cinta dunia dan takut mati.

Fenomena ini begitu terasa, dan sangat mudah dibuktikan. Begitu banyak kaum muslimin yang mengisi kehidupannya untuk memburu dunia. Hanya kenikmatan dan pernik-pernik dunia yang ada di kepalanya, hingga tanpa terasa ia telah melupakan akhiratnya. Gaya hidup mewah, glamour dan berlebihan, kini semakin membudaya dalam kehidupan sebagian kaum muslimin. Halal haram pun tak lagi diperhatikan, baik dalam makan minum, pergaulan dan cara berpakaian. Bukan lagi Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – dan para sahabatnya yang dijadikan teladan dan panutan, melainkan para artis dan selebritis yang tiap hari mereka lihat di televisi.

Mereka begitu mencintai dunia. Materi, kedudukan, dan popularitas, begitu ramai diperebutkan. Bahkan anak-anak pun telah diajari dengan gaya hidup demikian. Seorang muslim semakin jauh dari Islam, dan tak lagi mengenal agamanya.

Hadirin jama’ah jum’at Rahimakumullah

Sesungguhnya segala macam kenikmatan dunia adalah ujian dari Allah – subhanahu wa ta’ala, karena hampir setiap manusia memiliki kecenderungan atau rasa suka terhadap hal-hal duniawi. Allah berfirman, “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)

Kenikmatan dunia itu bermacam-macam sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Masing-masing mengandung nilai godaan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Wanita, harta dan anak-anak menempati posisi teratas sebagai bagian duniawi yang paling menggoda.

Begitulah dunia, tidak ada nilainya di sisi Allah yang Maha Pencipta. Dan begitu pula seharusnya manusia memandangnya.Karena itulah Allah melarang kita memandang dengan penuh ketakjuban kepada manusia-manusia yang dianugerahi kenikmatan dunia. Karena kelak mereka pun akan mati juga.

Akhirat semestinya di hatimu. Berbagai peringatan Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan tentang godaan dunia itu, bukan berarti kita harus melupakan sama sekali kehidupan dunia.

Allah berfirman; “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Bandingkanlah sikap mereka terhadap dunia dengan sikap sebagian dari kita, yang ketika kehilangan sedikit harta saja seperti kehilangan dunia seisinya. Kita begitu takut kehilangan dunia, padahal semua itu tak ada apa-apanya dibandingkan kenikmatan di akhirat. Jika kita terlalu mencintai dunia, Allah telah memperingatkan kita dengan firman-Nya; “Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 37-41)

Maka jadikanlah diri kita di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang tidak tinggal menetap. Gunakan masa hidup kita untuk mengumpulkan perbekalan menuju ke kampung halaman, yaitu negeri akhirat yang kekal. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjauhkan kita dari penyakit wahn, dan berkenan membukakan pintu surga bagi kita. Amiin.

Adapun penyebab kehinaan dan kelemahan umat islam yang kedua adalah:
  • 2). Upaya Bangsa, Golongan atau Kelompok pembela kesesatan untuk Melemahkan Umat Islam.
Upaya bangsa, golongan dan kelompok yang tidak menginginkan umat Islam bersatu sangat gencar dilakukan. Sistematika strategi “penghancuran” menggunakan berbagai metoda terus dilakukan sejak dahulu kala. Umat Islam pasti tahu betul upaya yang dilakukan kaum yahudi sejak zaman para nabi, mereka selalu berupaya menggagalkan dakwah para nabi dan rosul dengan berbagai cara. Hal itu terus berlanjut hingga saat ini.

Kegagalan perang salib yang dimulai sejak tahun 1095 hingga 1291 untuk meruntuhkan kekuatan dan kekuasaan Islam serta upaya merebut kembali yarusalem, memicu munculnya perubahan strategi. Kekuatan senjata yang digunakan golongan kristen saat perang salib berubah menjadi perang menggunakan “kasih dan logika”. Henry Martin seorang misionaris mengatakan: “Perang salib telah gagal, karena itu untuk menaklukan dunia Islam perlu resep lain: gunakan “kata, logika dan kasih”. Bukan menggunakan kekuatan senjata atau kekerasan”. Ungkapan senada juga di lontarkan oleh Raymond Lull seorang misionaris pertama dan mungkin terbesar yang menghadapi para pengikut Muhammad SAW. Lull mengatakan “ Saya melihat banyak kesatria pergi ke tanah suci (yarusalem), dan berfikir bahwa mereka dapat menguasainya dengan kekuatan senjata, tetapi pada ahirnya mereka hancur sebelum mereka mencapai apa yang mereka pikir bisa diperoleh”. Dari ungkapan itu kemudian Lull mengeluarkan resep yaitu; Islam tidak dapat ditaklukan dengan darah dan air mata, tetapi dengan “cinta kasih” dan “doa”.

Ungkapan Martyn dan Lull diatas ditulis oleh Samuel Zwemmer, misionaris Kristen terlkenal di Timur Tengah, dalam buku Islam: A Challenge to faith (1907). Buku tersebut berisi resep untuk “menaklukan” Islam, yang disebut Zwemmer sebagai “beberapa kajian tentang kebutuhan dan kesempatan di dunia para pengikut Muhammad SAW dari sudut pandang missi Kristen”(Husaini ,2003).

Penulis berpendapat bahwa ungkapan Henri Martyn tentang “logika, kata dan kasih”, perlu dicermati oleh kita (umat Islam), sebagai hal yang sangat serius dan harus dimaknai sebagai sebuah ungkapan yang mengindikasikan dijalankannya sebuah “grand strategy” penaklukan yang sistematis. Perang menggunakan strategi ini berjalan sangat halus bagai sebuah “sel kangker” yang menggerogoti sedikit demi sedikit hingga ahirnya memiliki efek hancur secara total. Begitu dahsyatnya kekuatan terror “logika, kata dan kasih” tersebut hingga mampu menghancurkan imperium besar Islam (Utsmani Turki) yang telah berkuasa hampir 700 tahun. Bukan hanya itu, terror tersebut berlangsung hingga saat ini dengan “kemasan” yang lebih rapih namun memiliki efek hancur yang jauh lebih dahsyat.

Islam tidak hanya “diserang” oleh kelompok yang mengatasnamakan misionaris Kristen. Ternyata kaum Yahudi juga mahfum dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Henry Martyn dan Raimond Lull. Bahkan program (strategi) yang disiapkan oleh Yahudi jauh lebih dahsyat. Program Yahudi tersebut dikenal sebagai Protokol Zionis.

Protokol Zionis ditemukan sekitar tahun 1780-an, merupakan sebuah naskah yang berisikan tentang agenda besar kaum yahudi untuk menguasai dunia. Naskah tentang sebuah hasil pemikiran mengerikan yang nyaris sempurna. Manual yang memuat dasar teori, sasaran, metode pencapaiannya, untuk mencapai “kekuasaan mendunia kaum Yahudi”. Dikemudian hari sekitar tahun 1905-an, Protokol yang terdiri atas 24 naskah itu diterbitkan di Rusia oleh Prof. Nilus, yang dikenal luas sebagai The Protocols of The Learned Elders of Zion (Maulani, dalam barokah, 2005). Isi dari protokol tersebut dapat dibaca dalam buku karya Z.A Maulani berjudul “ Zionisme: Gerakan Menaklukan Dunia.

Islam akan selalu akan tegak dan akan selalu menang dan mendapat pertolongan Allah jika umat islam menyadari kelalaian, dan kelemahannya.

Di dalam kitab al-‘umdah diterangkan bahwa Syekhul islam Ibnu Taimiyyah berkata: wajib mempersiapkan untuk jihad dengan mempersiapkan kekuatan dan ribath ( berjaga-jaga ) pada waktu ketertindasan umat islam karena kelemahan mereka untuk melawan musuh Allah.

Kemudian adapun bentuk persiapan umat islam ada dua macam :
  1. Persiapan keimanan dengan tarbiyah.
  2. Persiapan fisik
Allah ta’ala berfirman: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al Anfaal: 60)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.وأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ،الْوَاحِدُ الْقَهَّارْ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ

وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ

Subscribe to receive free email updates: