Setiap presenter kelas dunia dikenal karena keunikan dan kelebihannya masing-masing. Karena keunikan dan kelebihannya itulah, para presenter tersebut akhirnya menjadi ‘rujukan’ bagi para presenter baru atau yang belum mendunia seperti mereka. Banyak hal yang bisa dipelajari dari gaya para presenter kelas dunia tersebut.
Salah satu yang bisa dipelajari dari para presenter kelas dunia itu adalah pemilihan kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka gunakan ketika menyampaikan presentasinya di atas panggung. Pemilihan kata yang tepat akan mempengaruhi audiens, apakah mereka bisa mengerti dan memahami isi presentasi si presenter atau tidak.
Sedangkan bahasa tubuh bisa membuat audiens semakin tertarik untuk mendengarkan presentasi tersebut atau tidak. Jika penampilan presenter tidak disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, maka audiens bisa cepat merasa bosan. Akibatnya, presentasi bisa menjadi tidak efektif dan efisien.
Salah satu presenter kelas dunia yang sangat memperhatikan masalah pemilihan kata dan penggunaan bahasa tubuh ketika menyampaikan presentasi adalah Manoj Vasudevan. Dia adalah juara dunia dari Toastmaster International World Championship of Public Speaking tahun 2017.
Manoj Vasudevan adalah seorang pengusaha asal India. Dia tinggal di Singapura dan kini berprofesi sebagai seorang konsultan manajemen. Presentasi Vasudevan di kompetisi presentasi tingkat dunia, yang menjadikannya juara itu berjudul ‘Pull Less, Bend More’.
Anda bisa menikmati gaya Manoj Vasudevan saat menyampaikan presentasinya di video berikut ini:
Rahasia Presentasi Kelas Dunia dari Manoj Vasudevan
Kepada harian Business Insider, Manoj Vasudevan mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan presentasi. Hal itu bertujuan agar materi presentasi yang dibawakan dapat dimengerti oleh audiens. Selain itu, Vasudevan juga ingin agar audiens tidak hanya mendengarkan, tapi juga melakukan tindakan-tindakan tertentu.
Secara sederhana, Vasudevan mengatakan bahwa seorang presenter tidak cukup hanya piawai menyampaikan materi presentasi. Yang terpenting bagi seorang presenter adalah dia mampu menyampaikan pesan. Untuk menyampaikan pesan itu, maka dua hal yang penting adalah pemilihan kata-kata dan bahasa tubuh yang digunakan saat menyampaikan kata-kata tersebut.
Agar pesan dalam materi presentasinya dapat tersampaikan dengan baik kepada para audiens, ada tips dari Vasudevan:
Hal itu sangat diakui oleh Vasudevan. Dengan adanya humor, maka suasana akan menjadi lebih cair, sehingga audiens tidak akan cepat bosan. Tapi, jika tidak disampaikan dengan tepat, sebuah humor dapat ‘merusak’ alur presentasi. Ada presenter yang belum-belum sudah melucu. Audiens mungkin akan tertawa saat mendengarnya. Tapi ketika guyonan itu ternyata tidak ‘nyambung’’ dengan materi presentasi yang akan disampaikan, Anda akan kesulitan untuk membuat audiens untuk tune in dengan materi tersebut.
Yang paling penting untuk membuat audiens merasa terhubung dengan Anda sebagai presenter adalah pemilihan kata-kata. Seperti yang ditunjukkan Vasudevan dalam presentasinya. Ketika membuka presentasi, dia menyampaikan sesuatu tentang kehidupan percintaannya. Ini tentu menarik perhatian para audiens, karena tentu saja hampir semua orang memiliki kehidupan percintaan.
Humor yang paling tepat saat menyampaikan presentasi adalah humor yang bisa menghubungkan Anda dengan audiens. Jadi, humor itu harus benar-benar bisa ditertawakan bersama oleh Anda dan para audiens. “Ketika Anda dan audiens bisa tertawa bersama, maka Anda akan merasakan adanya hubungan dengan mereka,” kata Vasudevan, seperti dikutip dari Business Insider.
Agar pesannya mudah dimengerti oleh para audiens, Vasudevan menggunakan kehidupan pernikahannya sebagai contoh. Dia menceritakan bahwa setelah menikah, kehidupan percintaan tidaklah semanis ketika masih masa pacaran. Dia dan istrinya mulai sering bertengkar, khususnya ketika ada masalah yang harus dihadapi.
Karena itu, Vasudevan bertanya kepada orangtuanya, apa yang harus dia lakukan. Orangtuanya hanya mengatakan, “Itu adalah hal yang umum terjadi. Yang perlu dilakukan adalah berhenti untuk merasa bahwa diri ini sempurna. Pasangan suami istri harus lebih fleksibel. Kurangi memaksa pasangan untuk mengikuti kita, tapi kita juga harus lebih sering menunduk untuk mendengarkan pasangan. Pull less, bend more.”
Dengan nasihat dari orangtuanya itulah, Vasudevan mengaku bahwa rumah tangganya masih harmonis sampai sekarang, setelah lebih dari 19 tahun. Keduanya tidak saling memaksakan ego masing-masing kepada pasangannya, tapi lebih mendengarkan pasangan. Saat sedang bertengkar, Vasudevan juga mengakui bahwa dia dan istrinya masih terus berpegangan tangan.
Dengan cerita yang menjadi contoh ini, Vasudevan ingin menyampaikan pesan kepada para audiens bahwa yang sering terjadi dalam sebuah hubungan, baik hubungan cinta maupun hubungan profesional, adalah orang ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah. Padahal, menyelesaikan masalah tentu berbeda dengan mengatasi masalah. Orang tidak bisa seenaknya mencari jalan pintas, kemudian lari dari masalah yang sebenarnya. Masalah harus diatasi bersama-sama.
Melalui cerita kehidupan pernikahannya, Vasudevan sangat jelas dan ringkas dalam menyampaikan pesannya. Pesannya dapat ditangkap dengan jelas dan tidak bertele-tele. Apalagi ditambah dengan humor-humor singkat yang rupanya cukup menyentil para audiens, presentasi yang disampaikan Vasudevan memang memukau dan sama sekali tidak membosankan.
Untuk itu, kontak mata sangatlah dibutuhkan. Ketika sedang berbicara dengan teman, Anda tentu akan melihat ke arah matanya. Ketika dilakukan kontak mata di antara orang-orang yang sedang bercakap-cakap, maka pembicaraan akan terasa lebih intens.
Hal ini juga akan dirasakan oleh audiens ketika Anda melakukan kontak mata dengan mereka. Jika audiensnya hanya sedikit, Anda bisa bergantian melakukan kontak mata dengan setiap orang yang hadir. Tapi jika Anda harus menyampaikan presentasi di hadapan banyak orang, Anda bisa memilih melakukan kontak mata dengan beberapa audiens. Pilihlah mereka secara acak, dari setiap sudut atau sisi yang mereka duduki.
Melakukan kontak mata dengan audiens dapat membuat mereka merasa lebih dekat dengan Anda. Jika audiens merasa dekat dengan presenter, maka mereka akan lebih nyaman ketika mendengarkan presentasinya.
Padahal, bahasa tubuh yang paling enak dilihat adalah bahasa tubuh yang natural. Secara refleks, seseorang akan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya ketika berbicara, sama seperti saat kita sedang berbicara dengan teman atau anggota keluarga.
Jadi, Anda tidak perlu terlalu memikirkan bahwa tubuh apa yang harus dilakukan ketika menyampaikan presentasi. Lakukan saja seperlunya. Saat Anda merasa harus melakukan kontak mata, lakukanlah. Demikian pula saat Anda merasa ingin lebih dekat dengan audiens, maka Anda bisa berjalan mendekati mereka. Atau mungkin Anda membutuhkan gerakan penegasan ketika menyampaikan sesuatu, seperti saat Vasudevan menggerakkan tangannya seperti sedang bermain panahan, maka Anda bisa melakukannya.
Jika Anda terlalu fokus memikirkan bahasa tubuh yang tepat, maka energi Anda akan terkuras. Konsentrasi Anda saat menyampaikan presentasi juga akan terganggu.
Seperti yang dilakukan Vasudevan. Tahun 2015, dia sebetulnya sudah pernah menyampaikan presentasi ‘Pull Less, Bend More’ ini. Tapi ketika itu, dia menyampaikan materi itu dengan bahasa yang lebih serius.
Karena Toastmaster International World Champion of Public Speaking 2017 sering diadakan di malam hari, maka Vasudevan menyesuaikan bahasa yang digunakannya. Di malam hari, orang-orang tentu sudah berkurang daya konsentrasinya. Oleh karena itu, Vasudevan juga memilih untuk menyampaikan materinya dengan gaya yang lebih santai, namun tidak membuat audiens menjadi mengantuk.
Yang paling penting bagi Vasudevan adalah: para audiens menerima pesan yang disampaikannya. “Mereka mungkin lupa kata-kata apa saja yang saya ucapkan. Tapi yang paling penting, audiens mengingat pesan dari saya,” katanya.
Pemilihan kata dan bahasa tubuh memang sangat penting dalam penyampaikan sebuah presentasi. Sebuah presentasi akan memukau ketika presenter mampu memilih kata-kata yang tepat, sehingga pesan yang ingin disampaikannya bisa dimengerti dan dipahami oleh para audiens.
Sedangkan bahasa tubuh dapat membantu para audiens untuk lebih mencerna dan memahami materi presentasi yang disampaikan.
Masih ada beberapa cara untuk menjadi seorang presenter yang memukau. Anda bisa mendapatkan ilmunya dengan mengikuti Training Presentasi Memukau yang diadakan oleh Presenta Edu. Materi training akan diberikan sesuai dengan kebutuhan Anda, sehingga Anda akan mendapatkan ilmu yang benar-benar sesuai.
Salah satu yang bisa dipelajari dari para presenter kelas dunia itu adalah pemilihan kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka gunakan ketika menyampaikan presentasinya di atas panggung. Pemilihan kata yang tepat akan mempengaruhi audiens, apakah mereka bisa mengerti dan memahami isi presentasi si presenter atau tidak.
Sedangkan bahasa tubuh bisa membuat audiens semakin tertarik untuk mendengarkan presentasi tersebut atau tidak. Jika penampilan presenter tidak disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, maka audiens bisa cepat merasa bosan. Akibatnya, presentasi bisa menjadi tidak efektif dan efisien.
Salah satu presenter kelas dunia yang sangat memperhatikan masalah pemilihan kata dan penggunaan bahasa tubuh ketika menyampaikan presentasi adalah Manoj Vasudevan. Dia adalah juara dunia dari Toastmaster International World Championship of Public Speaking tahun 2017.
Manoj Vasudevan adalah seorang pengusaha asal India. Dia tinggal di Singapura dan kini berprofesi sebagai seorang konsultan manajemen. Presentasi Vasudevan di kompetisi presentasi tingkat dunia, yang menjadikannya juara itu berjudul ‘Pull Less, Bend More’.
Anda bisa menikmati gaya Manoj Vasudevan saat menyampaikan presentasinya di video berikut ini:
Rahasia Presentasi Kelas Dunia dari Manoj Vasudevan
Kepada harian Business Insider, Manoj Vasudevan mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan presentasi. Hal itu bertujuan agar materi presentasi yang dibawakan dapat dimengerti oleh audiens. Selain itu, Vasudevan juga ingin agar audiens tidak hanya mendengarkan, tapi juga melakukan tindakan-tindakan tertentu.
Secara sederhana, Vasudevan mengatakan bahwa seorang presenter tidak cukup hanya piawai menyampaikan materi presentasi. Yang terpenting bagi seorang presenter adalah dia mampu menyampaikan pesan. Untuk menyampaikan pesan itu, maka dua hal yang penting adalah pemilihan kata-kata dan bahasa tubuh yang digunakan saat menyampaikan kata-kata tersebut.
Agar pesan dalam materi presentasinya dapat tersampaikan dengan baik kepada para audiens, ada tips dari Vasudevan:
- 1). Buat audiens terhubung dengan Anda
Hal itu sangat diakui oleh Vasudevan. Dengan adanya humor, maka suasana akan menjadi lebih cair, sehingga audiens tidak akan cepat bosan. Tapi, jika tidak disampaikan dengan tepat, sebuah humor dapat ‘merusak’ alur presentasi. Ada presenter yang belum-belum sudah melucu. Audiens mungkin akan tertawa saat mendengarnya. Tapi ketika guyonan itu ternyata tidak ‘nyambung’’ dengan materi presentasi yang akan disampaikan, Anda akan kesulitan untuk membuat audiens untuk tune in dengan materi tersebut.
Yang paling penting untuk membuat audiens merasa terhubung dengan Anda sebagai presenter adalah pemilihan kata-kata. Seperti yang ditunjukkan Vasudevan dalam presentasinya. Ketika membuka presentasi, dia menyampaikan sesuatu tentang kehidupan percintaannya. Ini tentu menarik perhatian para audiens, karena tentu saja hampir semua orang memiliki kehidupan percintaan.
Humor yang paling tepat saat menyampaikan presentasi adalah humor yang bisa menghubungkan Anda dengan audiens. Jadi, humor itu harus benar-benar bisa ditertawakan bersama oleh Anda dan para audiens. “Ketika Anda dan audiens bisa tertawa bersama, maka Anda akan merasakan adanya hubungan dengan mereka,” kata Vasudevan, seperti dikutip dari Business Insider.
- 2). Sampaikan pesan dengan jelas dan ringkas
Agar pesannya mudah dimengerti oleh para audiens, Vasudevan menggunakan kehidupan pernikahannya sebagai contoh. Dia menceritakan bahwa setelah menikah, kehidupan percintaan tidaklah semanis ketika masih masa pacaran. Dia dan istrinya mulai sering bertengkar, khususnya ketika ada masalah yang harus dihadapi.
Karena itu, Vasudevan bertanya kepada orangtuanya, apa yang harus dia lakukan. Orangtuanya hanya mengatakan, “Itu adalah hal yang umum terjadi. Yang perlu dilakukan adalah berhenti untuk merasa bahwa diri ini sempurna. Pasangan suami istri harus lebih fleksibel. Kurangi memaksa pasangan untuk mengikuti kita, tapi kita juga harus lebih sering menunduk untuk mendengarkan pasangan. Pull less, bend more.”
Dengan nasihat dari orangtuanya itulah, Vasudevan mengaku bahwa rumah tangganya masih harmonis sampai sekarang, setelah lebih dari 19 tahun. Keduanya tidak saling memaksakan ego masing-masing kepada pasangannya, tapi lebih mendengarkan pasangan. Saat sedang bertengkar, Vasudevan juga mengakui bahwa dia dan istrinya masih terus berpegangan tangan.
Dengan cerita yang menjadi contoh ini, Vasudevan ingin menyampaikan pesan kepada para audiens bahwa yang sering terjadi dalam sebuah hubungan, baik hubungan cinta maupun hubungan profesional, adalah orang ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah. Padahal, menyelesaikan masalah tentu berbeda dengan mengatasi masalah. Orang tidak bisa seenaknya mencari jalan pintas, kemudian lari dari masalah yang sebenarnya. Masalah harus diatasi bersama-sama.
Melalui cerita kehidupan pernikahannya, Vasudevan sangat jelas dan ringkas dalam menyampaikan pesannya. Pesannya dapat ditangkap dengan jelas dan tidak bertele-tele. Apalagi ditambah dengan humor-humor singkat yang rupanya cukup menyentil para audiens, presentasi yang disampaikan Vasudevan memang memukau dan sama sekali tidak membosankan.
- 3). Sampaikan materi presentasi seperti sedang berbicara
Untuk itu, kontak mata sangatlah dibutuhkan. Ketika sedang berbicara dengan teman, Anda tentu akan melihat ke arah matanya. Ketika dilakukan kontak mata di antara orang-orang yang sedang bercakap-cakap, maka pembicaraan akan terasa lebih intens.
Hal ini juga akan dirasakan oleh audiens ketika Anda melakukan kontak mata dengan mereka. Jika audiensnya hanya sedikit, Anda bisa bergantian melakukan kontak mata dengan setiap orang yang hadir. Tapi jika Anda harus menyampaikan presentasi di hadapan banyak orang, Anda bisa memilih melakukan kontak mata dengan beberapa audiens. Pilihlah mereka secara acak, dari setiap sudut atau sisi yang mereka duduki.
Melakukan kontak mata dengan audiens dapat membuat mereka merasa lebih dekat dengan Anda. Jika audiens merasa dekat dengan presenter, maka mereka akan lebih nyaman ketika mendengarkan presentasinya.
- 4). Jadilah diri Anda sendiri
Padahal, bahasa tubuh yang paling enak dilihat adalah bahasa tubuh yang natural. Secara refleks, seseorang akan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya ketika berbicara, sama seperti saat kita sedang berbicara dengan teman atau anggota keluarga.
Jadi, Anda tidak perlu terlalu memikirkan bahwa tubuh apa yang harus dilakukan ketika menyampaikan presentasi. Lakukan saja seperlunya. Saat Anda merasa harus melakukan kontak mata, lakukanlah. Demikian pula saat Anda merasa ingin lebih dekat dengan audiens, maka Anda bisa berjalan mendekati mereka. Atau mungkin Anda membutuhkan gerakan penegasan ketika menyampaikan sesuatu, seperti saat Vasudevan menggerakkan tangannya seperti sedang bermain panahan, maka Anda bisa melakukannya.
Jika Anda terlalu fokus memikirkan bahasa tubuh yang tepat, maka energi Anda akan terkuras. Konsentrasi Anda saat menyampaikan presentasi juga akan terganggu.
- 5). Sampaikan materi presentasi dengan bahasa yang sesuai dengan audiens
Seperti yang dilakukan Vasudevan. Tahun 2015, dia sebetulnya sudah pernah menyampaikan presentasi ‘Pull Less, Bend More’ ini. Tapi ketika itu, dia menyampaikan materi itu dengan bahasa yang lebih serius.
Karena Toastmaster International World Champion of Public Speaking 2017 sering diadakan di malam hari, maka Vasudevan menyesuaikan bahasa yang digunakannya. Di malam hari, orang-orang tentu sudah berkurang daya konsentrasinya. Oleh karena itu, Vasudevan juga memilih untuk menyampaikan materinya dengan gaya yang lebih santai, namun tidak membuat audiens menjadi mengantuk.
Yang paling penting bagi Vasudevan adalah: para audiens menerima pesan yang disampaikannya. “Mereka mungkin lupa kata-kata apa saja yang saya ucapkan. Tapi yang paling penting, audiens mengingat pesan dari saya,” katanya.
Pemilihan kata dan bahasa tubuh memang sangat penting dalam penyampaikan sebuah presentasi. Sebuah presentasi akan memukau ketika presenter mampu memilih kata-kata yang tepat, sehingga pesan yang ingin disampaikannya bisa dimengerti dan dipahami oleh para audiens.
Sedangkan bahasa tubuh dapat membantu para audiens untuk lebih mencerna dan memahami materi presentasi yang disampaikan.
Masih ada beberapa cara untuk menjadi seorang presenter yang memukau. Anda bisa mendapatkan ilmunya dengan mengikuti Training Presentasi Memukau yang diadakan oleh Presenta Edu. Materi training akan diberikan sesuai dengan kebutuhan Anda, sehingga Anda akan mendapatkan ilmu yang benar-benar sesuai.