Khutbah Jumat Singkat Tentang Bahaya Paham Radikalisme: Bahaya Paham Radikalisme Agama


Kaum Muslimin yg di Rahmati Allah

Ada keresahan dari seorang ayah yang sudah menyekolahkan anaknya tinggi-tingi sampai keluar negeri, lalu pulang dan  berkata, “ayah tinggalkan amalan Yasinan, Tahlilan, Talqin serta sholawat Nariyah  sebab itu bid’ah, kalau tidak  berarti ayah  kafir”. Sehabis sholat  ayahnya bermunajat kepada Allah: Ya Rabb, apa gerangan yang terjadi dengan anak kami. Sekembalinya mereka belajar agama dari luar negeri malah mengatakan kami termasuk orang kafir. Andaikan kami telah kafir tentulah kami tidak akan bersusah payah menyekolahkan  anak kami keluar negeri.

Ya Tuhan, apa gerangan yang terjadi pada akal anak kami. Bagaimana mungkin kami telah kafir padahal mereka melihat kami setiap hari taat mengerjakan sholat, hanya beribadah dan meminta pertolongan kepadamu

Ya Rabbi  apa gerangan yang dilakukan guru-guru mereka terhadap akal anak kami sehingga mereka seperti tidak berakal.Ya Rabb, berikanlah taufik dan hidayah kepada anak kami sehingga mereka dapat menggunakan akalnya kembali di jalanmu.
https://aang-zaenal-alfian.blogspot.com/2018/07/khutbah-jumat-singkat-tentang.html

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah.

Dari kasus di atas jadi peringatan kepada kita semua bahwa bahaya paham radikalisme sekarang sudah berada ditengah kita, lalu pertanyaannya apa itu radikalisme, dan bagaimana menyikapinya. Radikalisme agama adalah berlebih-lebihan dalam memahami konsep keagamaan sampai melewati kebenaran. Memaksakan kehendak dengan cara-cara kekerasan dan teror,  untuk mencapai tujuannya.

Radikalisme ini ada dua macam; Pertama, radikal dalam pemikiran dan pemahaman. Maksudnya, setiap kelompok Islam yang tidak dapat bertoleransi dengan kelompok Islam lainnya, hanya beda organisasi, atau hanya beda pemahaman yang bersifat furu’iyah, bukan perbedaan yang menyangkut aqidah, maka kaum ini dinamakan radikal. Kedua, radikal dalam prilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan perusakan fisik maupun pembantaian terhadap nyawa orang lain, tanpa mempertimbangkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh syari’at perang.

Ciri-cirinya adalah: Fanatik terhadap pendapatnya sendiri sampai pada batas tidak mengakui pendapat orang lain. Ia memandang dirinya saja yang benar, sedangkan yang lain pasti sesat. Ia membolehkan dirinya melakukan ijtihad dalam masalah yang paling rumit sekali pun, sementara orang lain, meskipun seorang ulama atau pakar  tidak boleh berijtihad selama hasil ijtihadnya berbeda dengan ijtihad kaum mereka.

Keras terhadap orang orang yang meninggalkan perkara sunnah, seakan-akan dianggapnya perkara wajib, dan menilai orang yang meninggalkan sebagian kewajiban syariat dengan nilai kafir dan sesat. Berburuk sangka kepada orang lain, menuduh dan menghakimi orang lain. menghalalkan darah dan harta benda orang yang tidak segolongan dengan mereka. tidak segan-segan mengkafirkan dan membid’ah-biad’ahkan orang yang tidak sepaham dengan mereka. Ketaatan mutlak hanya kepada pimpinan kelompoknya saja. Dan cendrung menutup diri dari pergaulan dengan masyarakat di luar kelompoknya. Itulah ciri nyata kelompok radikalisme, masih banyak lagi ciri-ciri lainya.

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Sejak kapan radikalisme ini muncul?. Bila kita membaca sejarah Ketika Rasulullah wafat, kaum Muslimin, satu dalam ajaran ediologi, kecuali orang-orang munafiq yang menampakkan keiamanan tetapi menyembunyikan kemunafikan. Kemudian setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar ke seluruh Jazirah Arab, muncullah fitnah kaum Murtad dan kelompok Musailamah al-Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi, sehingga mereka diperangi oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, muncul gerakan kelompok yang melakukan demonstrasi kepada Khalifah Utsman dengan alasan amar ma’ruf dan nahi munkar, yang berakibat pada terbunuhnya Khalifah Utsman di tangan mereka. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib terjadi pemberontakan yang mengakibatkan perang saudara pertama dalam Islam, yaitu perang Jamal menghadapi kelompok Aisyah dan perang Shiffin menghadapi kelompok Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Syam, yang memicu lahirnya gerakan radikalisme Khawarij.

Radikalisme terbesar pada masa awal Islam, adalah radikalisme aliran Khawarij yang mengkafirkan  Ali, Muawiyah, Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin al-Ash, karena persoalan tahkim, dan mengkafirkan pengikut perang Jamal (Thalhah, Zubair dan Aisyah). Aliran Khawarij juga mengkafirkan Muslim yang melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Kemudian aliran ini pecah menjadi 20 aliran, masing-masing aliran saling mengkafirkan yang lainnya. Aliran Khawarij akhirnya diperangi oleh Khalifah Ali dalam pertempuran di Nahrawan. Kemudian Khalifah Ali dibunuh oleh (Abdurrahman bin Muljam) salah seorang pengikut Khawarij.

Pada abad ke-12 Hijriah, muncul gerakan radikalisme Wahabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi yang berhasil mendirikan kerajaan Saudi Arabia. Aliran Wahabi ini mengkafirkan kaum Muslimin yang bertawasul, istighatsah dan tabaruk, mengharamkan ziarah kubur dan sangat radikal dalam menyikapi persoalan-persoalan yang dianggap bid’ah. Aliran Wahabi ini melakukan pembantaian besar- besaran terhadap kaum Muslimin di Jazirah Arab seperti di Makkah, Madinah, Thaif dan lain-lain.

Radikalisme agama saat ini trendnya adalah Bom bunuh diri dengan dalih jihad, katanya siapa yang ingin kesurga musti berjuang dijalan Allah dengan harta dan nyawa, caranya dengan bergabung dengan ISIS atau Bom bunuh diri  ( mati syahid langsung masuk surga), Nau’zubillah..ini namanya buka Jihad tapi jahad.

Kata Prof DR.H. Nasaruddin Umar, mantan Wakil Menteri Agama,; Para pelaku tindakan radikalisme dan terorisme itu tidak memiliki pemahaman agama yang benar sesuai dengan kitab suci Al Quran dan Hadits. “Kalau mau masuk surga, buat apa harus melakukan aksi bom bunuh? Kalau mau mendapat bidadari tidak seharusnya mengorbankan dan menghilangkan nyawa orang lain. Islam tidak mengenal kekerasan, apalagi menghilangkan nyawa orang lain dengan tindakan yang sadis seperti itu.”

Kaum muslimin rahimakumullah.

Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang, menjunjung tinggi sifat tolong-menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, kebersamaan, demokratis, keadilan, toleransi, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Prinsip tersebut, sangat banyak dapat ditemukan dalam teks-teks Al-Quran, yang didalamnya mengajarkan konsep-konsep perdamaian. Seperti Firman Allah SWT

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’: 107)

Ayat diatas, dengan sangat jelas memberikan pemahaman bahwa tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah menjadi rahmat  bagi semua alam semesta. Pernyataan alam semesta dalam ayat tersebut menunjukkan islam merupakan agama yang universal, yang ajarannya harus mewujudkan kasih sayang, kebaikan kepada seluruh alam semesta. Sesungguhnya Nabi bersabda;

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Orang-orang yang berbuat kasih sayang akan disayang oleh ‘Ar-Rahman’ (Yang maha Penyayang), maka sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi ini niscaya engkau akan disayang oleh (Allah) yang ada diatas langit.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Perhatikanlah bagaimana Allah mengisyaratkan bahwa siapa saja yang ingin mendapatkan rahmat-Nya(surganya) hendaklah ia berbuat kasih sayang kepada manusia. Sangat-sangat kontras dengan paham-paham kelompok radikalisme saat  ini. Rasulullah bersabda;

دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِي هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا، فَلَمْ تُطْعِمْهَا، وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ

“Masuk neraka seorang wanita gara-gara seekor kucing yang ia ikat (sampai mati) tanpa diberi makan atau dilepaskan agar dia mencari mangsanya di luar.”(HR.Bukhari )

Bunuh kuncing saja masuk neraka, apalagi membunuh manusia yang tiada bersalah, apa lagi membunuh sesama Islam yang tiada salah. Perhatikan firman Allah berikut;

وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُّتَعَمِّداً فَجَزَآؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِداً فِيهَا وَغَضِبَ اللّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَاباً عَظِيماً

“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93)

Kaum muslimin rahimakumullah.

Menghadapi pemikiran-pemikiran radikalisme maka sebaiknya tidak dilawan dengan amuk-amuk dan cara-cara kekerasan, tapi harus melalui pendekatan yang strategis dengan dialog-dialog dan pencerahan. Pengajian-pengajian formal legal, dan jelas, bukan abal-abal. Mendatangi  guru, ustaz, ulama yang jelas dan diakui keilmuanya.

Dengan mentradisikan mengaji kitab-kitab ahlussunnah wal jamaah, baca al-Quran, wiridan, berkhidmah dengan selalu mengedepankan keikhlasan mampu membendung paham-paham radikalisme, komunisme, liberalisme, sekulerisme, pluralisme, Syi’ah, Ahmadiyah dan lain sebagainya. cara seperti itulah yang dianggap paling tepat dan paling pass untuk memecahkan permasalahan yang mendera umat islam saat ini. Semoga Allah melindungi anak keturunan kita dari jeratan radikalisme agama. Amin ya rabbal alamin.

بارك الله لي ولكم في القران العظيم و نفعني واياكم بما فيه من الايات وذكر الحكيم وتقبل الله منا ومنكم تلاوته انه هو السميع البصير. اقول قولي هذا استغفرالله.. فاستغفرواه انه هو الغفور الرحيم

Subscribe to receive free email updates: